Petir merupakan fenomena kejadian alam yang mengandung muatan listriknya yang sangat besar yang dapat menghantarkan ke bumi tanpa kendali dan dapat menyebabkan kerugian harta benda dan bahkan nyawa manusia sekalipun. Apabila aliran muatan listrik akibat sambaran petir itu mengalir melalui tubuh manusia maka organ tubuh yang dilaluinya akan mengalami shock (terkejut) bahkan bisa menghanguskan tubuh manusia.
Dengan adanya fenomena alam ini maka dari itu manusia berusaha menciptakan sebuah alat yang dapat menghindari sambaran petir yang dapat merusak atau bahkan menghilangkan nyawanya sendiri. Bila kita melihat atau sedang terjadi hantaran petir sebaiknya kita menghindari tempat yang terbuka dan basah.
Penangkal petir adalah perangkat yang digunakan untuk menyalurkan aliran muatan listrik dari petir ke tanah. Penangkal petir diperlukan agar aliran listrik dari petir bisa ‘dijinakkan’ sehingga tidak membahayakan struktur atau makhluk hidup.
Penangkal petir dianggap efektif apabila dapat mengurangi kerugian terkait kebakaran dan kerusakan struktural akibat sambaran petir. Alat ini umumnya terbuat dari logam, idealnya logam yang sangat konduktif seperti tembaga.
Ketika petir menyambar logam tersebut, listrik akan disalurkan melalui kawat menuju ke tanah (grounding). Penangkal petir bekerja dengan mengalihkan listrik dari struktur bangunan yang rentan. Itu sebab, alat ini lazim dipasang di atap bangunan.
Cara kerja penangkal petir adalah saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat naik melalui kabel konduktor , menuju ke ujung batang penangkal petir.
Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung penangkal petir tertarik ke arah muatan negatif.
Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik itu akan mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor, dengan demikian sambaran petir tidak mengenai bangunan tetapi dinetralisirkan kedalam tanah.
Jenis Penangkal Petir
1. Penangkal Petir Konvensional
Penangkal petir konvensional ini adalah dengan menggunkan splitzen/tombak logam yang di pasang di atas bangunan (rumah, pabrik, ruko, gedung, pole atau pun tower triangle yang bersifat pasif atau sifatnya menunggu sambaran petir baru kemudian dialirkan melalui kabel konduktor ke bumi/tanah. Kabel konduktor yang dipakai biasanya antara 50mm, 35mm, 25mm atau bahkan ada dan sering juga menggunkan kabel 16mm. Ada manakalanya penangkal petir konvensional ini apabila di pakai di bangunan ruko perkantoran atau bangunan pabrik dalam kawasan berikat/industri ataupun rumah sekalipun sering penggunaannya paralel bisa 2 splitzen sampai 4 splitzen bahkan bisa lebih dari itu disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan dari user.
2. Penangkal Petir Electrostatis
Penangkal petir electristatis adalah unit penerima sambaran petir yang didesain untuk bisa mengarahkan sambaran petir kedalam satu titik tujuan sambaran agar menghasilkan sentralisasi sambaran di satu titik saja. Untuk Penangkal petir elektrostatis jenis ini akan memiliki radius perlindungan yang lebih besar dan berbentuk seperti payung , kemampuan radius yang besar ini di hasilkan dari penyerapan energi yang disebabkan oleh awan hujan oleh unit ini. Kedua jenis Penangkal Petir tersebut bisa di pasang dan diaplikasikan dimana saja, tergantung dari kebutuhan dari sebuah bangunan dan tergantung keefektifannya.
Grounding Anti Petir
Pembumian atau Grounding adalah benda logam yang di tanam dalam tanah berfungsi yang sebagai pelepasan muatan listrik dari petir, tanah atau bumi berfungsi sebagai sebuah masa yang bersifat menetralisir dan memiliki volume yang luar biasa besar sehingga mampu untuk menyerap dan menetralkan muatan listrik sebesar apapun. Tingkat kehandalan pembumian sebuah grounding ada di nilai konduktifitas logam terhadap tanah yang ditancapinya, semakin konduktif tanah terhadap benda logam maka semakin baik, kelayakan grounding tersebut. semakin luas permukaan material grounding yang di tanam ke tanah maka resistansi akan semakin rendah atau semakin baik.
Idealnya pada dasarnya untuk grounding/pembumian atau resistensi harus memakai standar DISNAKER yaitu < 5 ohm (maximal 5 ohm). Hasil resistensi grounding jika tidak memenuhi standar atau jelek maka penangkal petir bisa menyebabkan induksi ke area tertentu misal ke perangkat radio, ke listrik, ke barang-barang elektronik dan lain-lain.
Restitensi pembumian grounding bisa mendapatkan nilai Tahanan sebaran Maksimal 5 Ohm tetapi bila bisa di bawah 5 Ohm itu lebih baik. Alat untuk pengukuran dengan menggunakan Ohm Meter khusus (Eart Tester Meter). Untuk mendapatkan nilai tahanan sebaran grounding dibawah 5 ohm tidak semua areal bisa dengan mudah memenuhi nilai grounding yang diinginkan, tergantung oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhinya misal.
Untuk bisa terpenuhinya resistensi yang bagus maka diperlukan material pendukung yang dipakai/gunakan :
– Splitzen/tombak
– Kabel konductor/grounding NYA/NYY
– Ground rod 5/8 (lebih baik ful tembaga)
– Bus bar
– Pemantekan/bor grounding
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bagus tidaknya pembumian/resistensi grounding diantaranya :
– Kadar air dalam tanah
– Mineral/garam : kandungan material dalam tanah
– Textur tanah
– Keasaman tanah